top of page

Rangkuman "The Intelligent Investor" - Bab 1



Investment vs Speculation


Kegiatan investasi selalu diawali dengan analisis mendalam guna menggali potensi imbal hasil yang memuaskan dengan tingkat keamanan atas modal yang memadai. Demikian kiranya Benjamin Graham mendefinisikan kegiatan investasi yang dibuat kontras dengan tindakan spekulatif di pasar modal. Formulasi ini pada zamannya, sekitar tahun 1934, merupakan pandangan revolusioner kendati mungkin saat ini pandangan yang sama merupakan suatu “common sense” yang wajib dimiliki oleh setiap investor konvensional. Kendati demikian, penekanan Graham mengenai tingkat keamanan dan imbal hasil sangatlah jauh dari cap “common sense”, paling tidak sampai pada batas anggapan umum.


Imbal hasil yang memuaskan dan tingkat keamanan modal yang memadai dapat dicapai secara optimal, menurut Graham, dengan cara menghindari produk keuangan yang dipandang paling atraktif oleh publik dan memusatkan perhatian justru pada produk yang dipandang paling “berisiko”. Mengapa demikian? Hal ini karena dalam kebanyakan kasus, opini publik atas suatu produk keuangan sudah terlanjur diperhitungkan ke dalam harga produk bersangkutan. Sehingga ketika investor memutuskan untuk membeli produk yang atraktif, potensi imbal hasil sudah tidak begitu memuaskan. Hal yang sebaliknya juga berlaku. Ketika investor memutuskan untuk menghindari produk yang “berisiko”, ada kemungkinan ia justru melewatkan potensi imbal hasil yang memuaskan.


Telaah di kemudian hari oleh investor seperti Howard Marks memberikan penjelasan yang logis atas pandangan tersebut melalui gagasan mengenai secular trend dan mean-regression. Sebagaimana tidak ada rumusan pasti mengenai karakteristik produk keuangan yang cocok untuk kegiatan investasi sebagai akibat dari pergerakan harganya, tidak ada rumusan pasti pula mengenai model investasi yang cocok untuk segala zaman. Graham sendiri mengakui hal ini dengan menegaskan bahwa akan selalu ada elemen spekulasi di dalam setiap kegiatan investasi akibat faktor ketidakpastian masa depan. Oleh karena itu, tugas lainnya bagi setiap investor adalah untuk meminimalisir sisi spekulatif dari investasinya sembari menyiapkan diri secara psikologis dan finansial terhadap segala kemungkinan.


Spekulasi menjadi berlebihan ketika: (1) investor mengira dirinya sedang berinvestasi ketika nyatanya sedang berspekulasi; (2) investor menjadi spekulasi sebagai pekerjaan utama, alih-alih pekerjaan sampingan, ketika ia sendiri nyatanya tidak memiliki kemampuan yang memadai; dan (3) investor mengekspos dirinya terhadap potensi kerugian yang lebih besar dari jumlah wajar yang masih dapat ia terima. Jika Anda masih ingin berspekulasi, Graham menyarankan Anda untuk mengalokasikan hanya sebagian kecil modal Anda.


Bagaimana seorang investor berinvestasi bergantung pada profil risikonya. Bagi yang mengutamakan faktor keamanan dan kepraktisan, Graham menyarankan model portofolio yang lebih banyak diisi produk dengan imbal hasil tetap seperti misalnya Surat Utang Negara atau obligasi dengan rating yang tinggi. Hal ini guna menjaga investor dari ketidakpastian harga aset keuangan di masa depan. Selain itu, investor kategori ini dapat juga mengoleksi saham dari perusahaan yang memiliki track record performa positif yang cukup panjang yang didukung oleh fundamental keuangan yang sehat. Alternatif lain, investor kategori ini dapat juga membeli produk reksadana yang dikelola oleh manajer investasi kompeten alih-alih membangun sendiri portofolionya. Dengan dibantu pembelian dengan nominal yang sama secara berkala (Dollar Cost Averaging), investor kategori ini dapat mengharapkan imbal hasil yang sama dengan rata-rata imbal hasil pasar.


Bagi kalangan yang ingin memperoleh imbal hasil yang lebih tinggi, ada beberapa strategi yang biasanya kelompok ini tempuh. Strategi-strategi tersebut mencakup: (1) membeli atau menjual mengikuti tren harga yang sedang berlangsung; (2) membeli atau menjual berdasarkan laporan keuangan terbaru; serta (3) membeli atau menjual berdasarkan track record yang tersedia. Entah apapun strateginya, terdapat dua hal yang menjadi tantangan bagi kalangan investor ini, yakni ketepatan perhitungannya serta konsensus pasar. Seorang investor dapat saja keliru dalam evaluasinya terhadap suatu surat berharga. Kendati pun ia benar, boleh jadi evaluasi tersebut sudah keburu diperhitungkan dalam harga oleh pelaku pasar sebelumnya. Hal ini contohnya dapat dilihat pada pergerakan harga saham yang lebih seringnya bergerak duluan akibat ekspektasi pelaku pasar atas laporan keuangan kuartalan, bahkan sebelum laporan keuangan kuartalan tersebut dikeluarkan.


Dalam jangka panjang, kendati kedua tantangan tersebut tetap ada, investor lebih berpeluang untuk memperoleh imbal hasil yang lebih baik. Hal ini terjadi karena analis dan manajer investasi sekalipun dapat saja keliru dalam membuat prediksi. Oleh karena itu, bagi Graham kunci keberhasilan investasi terletak pada penalaran yang tepat dan tidak populer yang bertemu dengan disparitas harga dan nilai suatu aset keuangan. Membeli aset yang undervalued menuntut kesabaran, sedangkan aksi short-selling terhadap aset yang overvalued menuntut keberanian.


Untuk menemukan disparitas harga dan nilai pada saham, Graham memberikan tips dengan cara membandingkan harga dengan net current asset (modal kerja). Praktisnya, investor dapat mengurangkan seluruh liabilitas emiten dari aset lancarnya pada laporan keuangan. Jika nilainya lebih besar dari kapitalisasi pasar emiten tersebut secara substansial, maka saham tersebut dapat dikatakan undervalued. Jika yang sebaliknya terjadi, maka kondisinya adalah overvalued. Selisih substansial berfungsi sebagai margin of safety untuk mengantisipasi miskalkulasi yang mungkin terjadi.


Akan tetapi perlu diingat bahwa tidak ada rumus yang 100% dapat bekerja setiap saat dalam dunia investasi. Penalaran yang tepat, komprehensif, dan mendalam tetap diperlukan ketika berinvestasi. Informasi perlu diserap secara selektif dan diolah dengan cerdas. Aset keuangan seperti misalnya saham bukanlah hanya sekadar kode huruf pada layar. Terdapat hal substantif di balik produk investasi. Selain itu, sekalipun investor menemukan rumus tertentu yang mulanya dapat bekerja, adopsi rumus tersebut oleh investor lain di kemudian hari akan memudarkan kemanjuran rumus tersebut.


Comments


Postingan: Blog2_Post
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

©2022 Cafolio & Satya Anggara

bottom of page